MIKRO TEACHING
PENYAKIT MENIERE
DISUSUN OLEH
NAMA:
SYAMSUDIN
NIM:
11100113
MATA KULIAH:PENDIDIKAN KESEHATAN
DOSEN: Ns SRI DEWI
AFSARI,S.Kep
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CITRA
DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN
AJARAN 2013 / 2014
SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA
KULIAH : PENDIDIKAN
KESEHATAN
KODE
MATA KULIAH : PSIK 1112
SKS : 2 SKS
WAKTU
PERTEMUAN : 1 x 15 menit
PERTEMUAN
KE : I
A.
TUJUAN
INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah
menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu memahami konsep penyakit meniere.
B.
TUJUAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah
menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan
pengertian penyakit meniere
2. Menyebutkan
tipe penyakit meniere
3. Menjelaskan
tingkat derajat penyakit meniere
4. Menyebutkan
etiologi penyakit meniere
5. Menyebutkan
manifestasi klinis penyakit meniere
6. Menyebutkan
komplikasi penyakit meniere
7. Menjelaskan
penatalaksanaan penyakit meniere
C.
POKOK
BAHASAN : Penyakit Meniere
D.
SUB
POKOK BAHASAN
1. Pengertian
penyakit meniere
2. Tipe
penyakit meniere
3. Tingkat
derajat penyakit meniere
4. Etiologi
penyakit meniere
5. Manifestasi
klinis penyakit meniere
6. Komplikasi
penyakit meniere
7. Penatalaksanaan
penyakit meniere
E.
KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR
Tahap
|
Kegiatan
Pengajar
|
Kegiatan
Mahasiswa
|
Media
dan Alat
|
Pendahuluan
( 3 menit)
|
Menjelaskan secara singkat mata kuliah
yang akan diajarkan.
|
Memperhatikan
Mendengarkan
|
White board
Spidol
Laptop
LCD
|
Penyajian
(10 menit)
|
Menjelaskan:
1. Pengertian
penyakit meniere
2. Tipe
penyakit meniere
3. Tingkat
derajat penyakit meniere
4. Etiologi
penyakit meniere
5. Manifestasi
klinis penyakit meniere
6. Komplikasi
penyakit meniere
7. Penatalaksanaan
penyakit meniere
|
Menyimak
Memperhatikan
Mencatat
|
White board
Spidol
Laptop
LCD
|
Penutup
( 2 menit)
|
Merangkum mata kuliah dan mengadakan tanya jawab
|
Mendengar
Mengadakan tanya jawab
|
White board
Spidol
Laptop
LCD
|
F.
EVALUASI
: Memberikan penilaian secara langsung berdasarkan tanya jawab yang berkaitan
dengan materi kuliah
G.
REFERENSI
Haq,
Nuzulul Zulkarnain. 2009. “Askep Meniere”, (Online), (http://nuzulul
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-Keperawatan Sensori dan Persepsi-Askep
Meniere.html, diakses pada 10 Juni 2014)
Mandal, Ananya. 2013. “Gejala
Penyakit Meniere”, (Online), (http://www.news-medical.net/health/Symptoms-of-Menieres-disease-(Indonesian).aspx, diakses pada 10 Juni 2014)
MATERI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli
dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya
pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga
bagian dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini
ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang
berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimph pada telinga dalam.
Penyakit Meniere adalah gangguan yang
menyerang telinga bagian dalam dan spontan menyebabkan vertigo, dibarengi
dengan gangguan pendengaran yang fluktuatif, telinga berdenging (tinnitus), dan
rasa tekanan di telinga. Pada kebanyakan kasus, penyakit Meniere hanya
mempengaruhi satu telinga saja. Tetapi bisa terjadi pada kedua telinga dan
dialami kira-kira 10% sampai 20% dari pasien-pasien penyakit meniere.
Penyakit
Meniere secara khas mulai antara umur 20 dan 50 tahun (meskipun telah
dilaporkan pada hampir semua kelompok umur). Pria-pria dan wanita-wanita
sama-sama dipengaruhi. Namun orang-orang pada usia 40-an dan 50-an lebih
berisiko memiliki penyakit ini dibandingkan kelompok usia lainnya, tetapi
penyakit ini bisa juga terjadi pada siapa saja, bahkan anak-anak. Penyakit
Meniere menyebabkan rasa pusing yang hebat, tinitus (telinga berdengung), tuli,
dan gangguan keseimbangan. Saat ini tidak ada yang dapat menyembuhkan penyakit
Meniere. Akan tetapi, dengan membatasi garam, perencanaan pola makan yang
seksama, dan diuretik ringan (obat yang digunakan untuk meningkatkan jumlah
urin), gejala Penyakit Meniere seringkali akan mereda.
Oleh
karena itu diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit meniere ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat
benar.
1.2 Rumusan
Masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan penyakit meniere ?
2. Bagaimana tanda dn gejala penyakit meniere ?
3. Apa etiologi dari penyakit meniere?
4. Bagaimana patofisiolgi dari penyakit meniere ?
5. Apa komplikasi prnyakit meniere ?
6. Apa pemeriksaan penunjang yang dipakai untuk penyakit meniere ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk
pasien penderita meniere?
8. Bagaimana
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
menderita
penyakit meniere ?
I.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep
asuhan keperawatan pada klien dengan Meniere’s Disease
2. Tujuan
Khusus
a) Memaparkan konsep penyakit Meniere’s
Disease yang meliputi anatomi fisiologi sistem Persepsi dan Sensori, definisi,
etiologi, patofisiologis, manifestasi klinik, komplikasi yang terjadi,
penatalaksanaan medis, keperawatan dan manajemen diet.
b) Memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan Meniere’s Disease dengan metodologi asuhan keperawatan dengan
benar
BAB II
TINJAUAN
TEORI
II. 1 Anatomi dan Fisiologi
Telinga
adalah organ pendengaran. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu
1.
Telinga luar (Auris eksterna)
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna, meatus
auditorius eksterna, dan membran timpani.
a. Aurikel
atau pinna berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulang rawan dan jaringan
fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, yang terutama
terdiri atas lemak. Aurikel berfungsi membantu pengumpulan gelombang suara.
b.
Meatus auditoris eksterna (liang telinga) merupakan
saluran penghubung aurikel dengan membran timpani. Panjangnya ± 2,5 cm, terdiri
dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat, khususnya menghasilkan sekret berbentuk serum.
c.
Membran timpani atau gendang telinga menghubungkan
meatus auditorius eksterna dengan rongga timpani. Membran ini berukuran ± 1 cm
dan berwarna kelabu mutiara. (Evelyn
C. Pearce :2009 hal 394)
2.
Telinga tengah (Auris media)
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung
udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membran timpani. Pada bagian ini
terdapat Tuba Eustakhius dan tulang-tulang pendengaran.
a.
Tuba Eustakhius
Tuba
Eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju nasofaring.
Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka
setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam ruang timpani
dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara di atmosfer, sehingga cedera
atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindarkan. Adanya
hubungan dengan nasofaring ini memungkinkan infeksi pada hidung atau
tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.
b.
Tulang-tulang pendengaran
Tulang-tulang pendengaran adalah
tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang
bersambung dari membran timpani menuju rongga telinga dalam yaitu :
1)
Tulang sebelah luar adalah maleus, berbentuk seperti
martil dengan gagang yang terkait pada membran timpani, sementara kepalanya
menjulur ke dalam ruang timpani.
2)
Tulang yang berada di tengah adalah inkus atau
landasan, sisi luarnya bersendi dengan maleus, sementara sisi dalamnya bersendi
dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes.
3)
Stapes atau tulang sanggurdi dikaitkan dengan inkus
dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait
pada membran yang menutup fenestra vestibule atau tingkap jorong. Rangkaian
tulang-tulang ini berfungsi mengalirkan getaran suara dari gendang telinga
menuju rongga telinga dalam.
(Evelyn C. Pearce :2009 hal 395)
3.
Telinga dalam (Auris interna)
Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran
dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi
membran sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini
mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.
a. Labirin tulang
terdiri atas tiga bagian:
1)
Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat
bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang
tengah (vestibula) pada sebuah rumah.
2)
Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran)
bersambung dengan vestibula. Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah
lingkaran yang terdiri dari tiga saluran. Saluran satu dengan yang lainnya
membentuk sudut 900, saluran tersebut yaitu kanalis semisirkularis superior,
kanalis semisirkularis posterior, dan kanalis semisirkularis lateralis.
3)
Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang
membelit dirinya seperti sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari
sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan
disebut modiulus. Ada dua tingkap dalam ruang melingkar (koklea), yaitu:
Fenestra vestibule (tingkap jorong) disebut juga fenestra ovalis, karena
bentuknya yang bulat panjang. Ditutupi oleh tulang stapes. Fenestra koklea
disebut juga fenestra rotunda, karena bentuknya yang bulat ditutupi oleh sebuah
membran. Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini
dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga telinga
tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfa. Getaran dalam perilimfa dialihkan
menuju endolimfa, dan dengan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf
pendengaran. Endolimfa adalah cairan dalam labirin membranosa, sementara
perilimfa adalah cairan di luar labirin membranosa dan dalam labirin tulang.
Jika terjadi ketidakseimbangan antara endolimfa dan perilimfa, maka akan
menimbulkan kelainan.
(Evelyn C. Pearce :2009 hal 396)
4)
Labirin membranosa terdiri dari:
a) Utrikulus,
bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya oleh
jaringan ikat.
b) Sakulus
bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan
dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapat
nervus akustikus.
c) Duktus
semisirkularis. Ada tiga cabang selaput semisirkularis yang berjalan dalam
kanalis semisirkularis (superior, posterior, dan lateralis).
d) Duktus
koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah membuat
batas pada koklea timpani. (Evelyn
C. Pearce :2009 hal 396)
II.2
Definisi
Penyakit meniere adalah gangguan
kronis saluran semisirkular dan labirin telinga dalam, tampak berhubungan
dengan over produksi endolimfe di telinga dalam ( Elizabeth J Corwin : 2009 )
Penyakit Maniere adalah suatu
kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala
yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan serangan vertigo (Kapita
Selekta Edisi 3).
Penyakit Ménière adalah penyakit
telinga batin yang mempengaruhi tekanan fluida endolymphatic dalam
bagian-bagian yang lebih dalam telinga yang bertanggung jawab untuk
keseimbangan dan mendengar fungsi. Gejala biasanya mempengaruhi fungsi-fungsi
ini dan mungkin berbeda dari orang ke orang. (Ananya Mandal : 2013)
Penyakit meniere merupakan distensi
labirin membranous telinga dalam akibat cairan yang berlebihan, sehingga adanya
tekanan yang menyababkan kegagalan saraf pendengaran dan serangan vertigo
berulang yang dapat disertai dengan muntah.
II.3 Tipe
meniere disease
1.
Penyakit Meniere vestibular
Penyakit
Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan
tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear. Tanda dan gejala:
a. Vertigo hanya bersifat episodic
b. Penurunan respons vestibuler atau
tak ada respons total pada telinga yang sakit
c. Tak ada gejala koklear
d. Tak ada kehilangan pendengaran
objektif
e. Kelak dapat mengalami gejala dan
tanda koklear
2. Penyakit Meniere klasik, Tanda dan
gejala:
a. Mengeluh vertigo
b. Kehilangan pendengaran sensorineural
berfluktuasi
c. Tinnitus
3.
Penyakit
Meniere koklea
Penyakit
Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural
progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau
gejala vestibuler. Tanda dan gejala:
a. Kehilangan pendengaran berfluktuasi
b. Tekanan atau rasa penuh aural
c. Tinnitus
d. Kehilangan pendengaran terlihat pada
hasil uji
e. Tak ada vertigo
f. Uji labirin vestibuler normal
g. Kelak akan menderita gejala dan
tanda vestibuler ( Nn: 2011)
Tingkat
derajat keparahan penyakit Meniere ;
1.
Derajat I :
Gejala
awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat
dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat
merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa
jam. Diantara, pasien sama sekali normal.
2.
Derajat II :
Gangguan
pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli
sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3.
Derajat III :
Gangguan
pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai
kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai
berkurang atau menghilang. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)
II.4 Etiologi
Penyebab
pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab
dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem
endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana
jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari
skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat
dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara
lain :
1.
Meningkatnya
tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2.
Berkurangnya
tekanan osmotik di dalam kapiler
3.
Meningkatnya
tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4.
Jalan
keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa
5.
Infeksi
telinga tengah
6.
Infeksi
traktus respiratorius bagian atas
7.
Trauma
kepala
8.
Konsumsi
kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9.
Konsumsi
aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10. Infeksi virus golongan herpesviridae
11. Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai
penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:
1.
Virus
Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada
pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA
virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah
dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat
perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih
perlu penelitian yang lebih lanjut.
2.
Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3
orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga.
Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis
saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
3.
Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa
30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi
dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut : Sakus endolimfatikus mungkin
menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan
reaksi terhadap makanan tertentu. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu
dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus. Ada hubungan antara alergi
dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4.
Trauma
kepala
Jaringan parut akibat trauma pada
telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus.
Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat
fraktur tulang temporal.
5.
Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang
menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit
Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001
bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang
yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan
sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa
ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner
yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 %
penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid.
Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 %
pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada
pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid
dan Anti Sjoegren. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)
II.5 Patofisiologi
Penyakit Meniere disebabkan oleh penumpukan cairan dalam
kompartemen dari telinga bagian dalam, yang disebut labirin. labirin berisi
organ keseimbangan (saluran setengah lingkaran dan organ otolithic) dan
pendengaran (koklea). Hal ini memiliki dua bagian: labirin tulang dan labirin
membran. Labirin membran diisi dengan cairan yang disebut endolymph, di organ
keseimbangan, merangsang reseptor sebagai benda bergerak. Reseptor kemudian
mengirimkan sinyal ke otak tentang posisi tubuh dan gerakan. Pada koklea, cairan
yang dikompresi dalam merespon suara getaran, yang merangsang sel-sel indera
yang mengirimkan sinyal ke otak. Pada penyakit Meniere, penumpukan endolymph di
labirin mengganggu sinyal keseimbangan dan normal pendengaran antara telinga
bagian dalam dan otak. Kelainan ini menyebabkan gejala vertigo dan lain dari
penyakit Meniere. Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana
terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan
oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa
banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus
endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang
merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik
peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat
terjadi dan menimbulkan gejala Meniere. (Nn : 2010)
II.6 Pathway
II.7 Manifestasi
Klinis
Terdapat
trias atau sindrom meniere yaitu :
1. Vertigo / pusing parah
Terjadi
karena tekanan di dalam labirin membranous dan aparat vestibular. Vertigo parah
yang menghasilkan jatuh disebut "drop serangan". Serangan vertigo
mungkin berlangsung selama beberapa menit hingga 2 hingga 3 jam pada satu
waktu. Seiring dengan vertigo ada gejala fisik terkait seperti mual, muntah,
berkeringat,
diare dan/atau Palpitasi atau harga pulsa yang cepat.
2.
Tinnitus
Didefinisikan sebagai perasaan kebisingan latar belakang di
salah satu atau kedua telinga atau di kepala di mana tidak ada sumber luar
kebisingan. Kebisingan mungkin rendah bersenandung, dering, berdengung,
whooshing atau mengklik suara. Ini dapat menjadi sangat mengganggu dan sering
mengganggu tidur dan konsentrasi.
3.
Hilangnya pendengaran ( tuli sensorial)
Hal
ini dapat mempengaruhi satu atau kedua telinga. Hilangnya mendengar biasanya
mempengaruhi suara bernada rendah pertama. ( Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk : 2007 )
II.8
Komplikasi
1. Neuronitis vestibularis
adalah peradangan yang terjadi ditelinga dalam
atau saraf yang menghubungkantelinga dalam dan otak. Hal ini ditandai
denganhilangnya fungsi vestibular unilateral yang timbulsecara mendadak dengan
serangan vertigo yangberat, nistagmus serta diiringi mual dan muntah-muntah
selama beberapa hari tanpa disertaidengan gangguan pendengaran
2. Labirinitis adalah
radang pada telinga dalam (labirin). Labirinitis yang mengenai seluruh bagian
labirin, disebut labirinitis umum atau difus dengan gejala vertigo berat dan
tuli saraf yang berat, sedangkan labirinitis yang terbatas atau labirinitis
sirkumskripta menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
3. Tuli total adalah gangguan pendengaran secara total dan kehilangan pendengaran.
4. Vertigo posisi
paroksimal jinak (VJJP). vertigo yang
timbul bila kepala mengambil posisi atau sikap tertentu. Serangan vertigo
dapatdicetuskan oleh perubahan sikap, misalnya bila penderita berguling di
tempattidur, menolehkan kepala, melihat ke bawah, menengadah. BPPV
merupakanvertigo yang berasal dari kelainan perifer terbanyak, paling sering
dijumpai dimasyarakat, yaitu sekitar 30%. Wanita agak lebih sering daripada
pria
5. Vertigoservical.
(NNn:2011) adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)
tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar
(vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo subjektif).
II.9
Pemeriksaan
Penunjang
1. Tes
gliserin
Pasien
diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan
audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
2. Audiogram
:tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan
rekrutinen.
3. Elektrokokleografi
Menunjukkan abnormalitas pada 60%
pasien yang menderita penyakit meniere.
4. Elektronistagmogram
bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
5. CT
scan atau MRI kepala
6. Elektroensefalografi
II.10 Penatalaksanaan
1.
Medis
a. Terapi
1) Terapi
Medis Profilaksis
Terapi
medis diarahkan untuk mengatasi proses
penyakit yang mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi
penyakit.
a)
Vasodilator
Vasidilator
yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak
terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan
siklandelat. Vasodilator
digunakan akibat gangguan pada
endolimfe oleh kelainan vaskuler.
b)
Antikolinergik
Probantin
telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik
disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.
c)
Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan
hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme ringan adalah termasuk
penyebab hidrops endolimfatik.
d)
Pemberian Vitamin
Pemberian
vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat defisiensi
vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B kompleks, asam askorbat
dan senyawa sitrus bio-flavonoid (Lipoflavonoid).
e) Diet rendah garam dan
Pemberian diuretic
Diet
rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar menurunkan jumlah
cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan endolimfe.
f)
Program pantang makanan
Terapi
ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat terjadinya suatu
alergi makanan.
2)
Terapi Simtomatik
Terapi
simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya serangan
vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.
a)
Sedative
Sedative
dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam
(Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan
vertigo.
b)
Antihistamine dan antiemetic
Antihistamin
dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau mengurangi keparahn seringan
vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah
dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang
biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.
c)
Depresan vestibuler
Depresan vestibuler
digunakan unruk mencegah atau mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk
terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.
b.
Pembedahan
Pembedahan
dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur
pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus,
ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan.
Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan
betujuab ubtuk mengatasi serangan
vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3
kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.
c.
Labirinektomi
Labirinektomi
atau destruksi total pada labirintus membranaseus,
merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere,
tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secara total pada telinga yang
bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran
pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi
masih mampu mempertahankan fungsi normalnya. (Nuzulul Zulkarnain Haq : 2009)
2. Manajemen Diet
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi
diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupakan salah satu
faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran
dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam
telinga dalam.
Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan
atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal
dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam
makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, soda kue,
Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti
cornet beef.
Makanan yang diperbolehkan adalah:
a. Semua bahan
makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh,
seperti yang biasa kita konsumsi yaitu antara lain :
1)
Beras, kentang, ubi, mie tawar,
maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
2)
Kacang-kacangan dan hasil oleh
kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo,
tempe, tahu tawar, oncom.
3)
Sayuran dan buah-buahan
4)
Bumbu-bumbu seperti bawang merah,
bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur.
5)
Bahan makanan berasal dari hewan dalam
jumlah terbatas.
b. Makanan
yang perlu dibatasi:
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
1)
Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain
yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
2)
Dendeng, abon, corned beef, daging
asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur
asing, telur pindang.
3)
Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
4)
Asinan buah, manisan buah, buah dalam
kaleng.
5)
Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap,
maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.
6)
Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan
udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
7)
Kafein dan nikotin merupakan stimulan
vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada
kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi
dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya. (Jefri K. Hasan : 2012)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
III.1
Pengkajian
1.
Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin,umur, pekerjaan, nama ayah/ ibu, pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa,
pendidikan terakhir.
2.
Riwayat Sakit dan Kesehatan
a.
Keluhan Utama
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
c.
Riwayat Penyakit dahulu
d.
Riwayat Keluarga
e.
Riwayat Pengobatan
3.
Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan Umum
b.
Tanda-Tanda Vital : Suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate (RR).
c.
Pemeriksaan pendengaran
Tes Weber
Tes Rinne
Tes Swabach
d.
Pemeriksaan per sistem :
B1
: Breathing (Sistem Pernapasan)
Bentuk dada
Pola nafas
Suara napas
Retraksi otot bantu napas
Alat bantu pernapasan
B2
: Blood (Sistem Kardiovaskular)
Irama jantung
Akral
Tekanan darah
B3 : Brain (Sistem Persyarafan)
Tinitus, penurunan pendengaran,
vertigo
B4
: Bladder (Sistem Perkemihan)
B5
: Bowell (Sistem Pencernaan)
Asupan nutrisi : terganggu akibat mual, muntah
dan anoreksia
B6
: Bone (Sistem Integumen dan Muskuloskeletal)
Turgor kulit : menurun
Mobilitas fisik : lemah, malaise
III.2
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
gangguan pendengaran.
Tujuan: Gangguan persepsi sensori
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)
Rasa
berdenging dapat hilang/berkurang.
2)
Komunikasi
efektif antara klien, keluarga dan tenaga kesehatan.
Intervensi
:
a. Monitor tingkat
kelemahan persepsi klien
Rasional: mengusahankan mobilitas
fisik yang sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Memperbaiki
komunikasi seperti berbicara dengan tegas dan jelas.
Rasional:
menjaga privasi klien dan keluarga
c. Ajarkan cara berkomunikasi yang
tepat yaitu menggunakan tanda nonverbal seperti ekspresi wajah, menunjukkan
dengan sikap tubuh.
Rasional: putuskan solusi bersama
agar klien dan perawat dapat berkomunikasi dengan efektif.
d. Mengurangi kegaduhan
lingkungan.
Rasional
: memberikan kenyamanan kepada pasien.
2. Resiko cedera b/d perubahn mobilitas karena
gangguan cara jalan dan vertigo.
Tujuan
:Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh .
Kriteria hasil :
a.
Tidak mengalami jatuh akibat gagguan keseimbangan.
b.
Ketakutan dan ansietas berkurang
c.
Melakukan latihan sesuai ketentuan
d.
Mengenali sifat rasa penuh atau rasa tekanan di dalam telinga yang terjadi
sebelum serangan
e.
Segera melakukan posisi horizontal saat pusing
f.
Menjaga kepala tetap diam saat pusing
g.
Menggunakn obat yang diresepkan secara baik
h.
Melaporkan upaya yang dapat mengurangi vertigo.
Intervensi
:
a.
Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan,durasi,
frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran,
tinitus, rasa penuh di telinga.
Rasional :
Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
b.
Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup
sehari-hari.
Rasional
: Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
c.
Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan.
Rasional
: Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo
dan gangguan cara jalan.
d.
Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang
vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
Rasional
:Menghilangkan gejala akut vertigo.
e.
Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur
dinaikkan.
Rasional
:Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
f.
Letakkan bantal pada kedua sisi kepala untuk membatasi gerakkan.
Rasional
:Gerakkan akan memperberat vertigo.
g.
Bantu pasien mencari dan menetukan aura (adanya gejala aural) yang mendahului
terjadinya setiap serangan.
Rasional : Pengenalan aura dapat
membantu mengetahui saat perlunya memakai obat sebelum terjadi serangan
sehingga dapat meminimalkan beratnya efek.
h. Anjurkan
pasien tetap membuka matanya dan memandang lurus ke depan ketika berbaring dan
mengalami vertigo.
Rasional : Perasaan vertigo
berkurang dan gerakan mengalami deslerasi bila mata tetap di jaga pada posisi
yang tetap.
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
Kriteria hasil :
a.
Menunujukkan peningkatan/mempertahankan
berat badan.
b. Tidak mengalami mual dan muntah
c.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi:
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan,
meningkatkan pemasukkan.
d. Berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka,
Rasional : meningkatkan nafsu makan
dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
e. Kolaborasi pada ahli gizi untuk
rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
f. Kolaborasi pemberian obat :
Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan), Antidiare.
Rasional : Mengurangi mual dan
muntah, mengurangi kehilangan cairan dan memperbiki masukan per oral,
menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau
perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
Tujuan : Mengurangi atau tidak
mengalami ansietas.
Kriteria Hasil :
a.
Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
b. Mencapai
pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan vertigo
c.
Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian.
d.
Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan
e.
Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
f. Klien
mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan menyebutkan pemahaman mengenai
penanganan.
Intervensi
:
a. Kaji
tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah
dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi
terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa
lalu dapat mengurangi ansietas.
b.
Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi
ansietas
c.
Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan
vertigo.
Rasional :Meningkatkan kesadaran dan
pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
d.
Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perlu.
Rasional : Memperbaiki manajemen
stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
e.
Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress.
Rasional
: situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
f.
Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan.
Rasional
: pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.
BAB IV
PENUTUP
IV. 1
Simpulan
Meniere
adalah gangguan yang umum pada telinga, auditori dan vestibular, yang
diperkirakan disebabkan oleh perubahan metabolisme cairan labirin pada sistem
vestibular, hal ini menyebabkan dilatasi membrane labirin karena peningkatan
produksi endolimfe, serangan berat dapat mengakibatkan kecacatan. Penyakit
Meniere disebabkan oleh penumpukan cairan dalam kompartemen dari telinga bagian
dalam, yang disebut labirin.
Diagnosa yang
timbul pada penyakit meniere yaitu:
1.
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
gangguan pendengaran.
2.
Resiko cedera b/d perubahn mobilitas karena
gangguan cara jalan dan vertigo.
3.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
4.
Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau perubahan
status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo
IV. 2
Saran
Diharapkan perawat dapat menasehati untuk mengubah gaya
hidup dan kebiasaan atau penatalaksanaan pembedahan. Namun penyakit meniere
bukan masalah yang membahayakan jiwa maka, pasien dapat memilih untuk tidak
melakukan tindakan apapun sampai tahap tertentu selama penatalaksanaan. untuk
menghilangkan vertigo atau menghentikan perkembangan atau menstabilkan penyakit
perawat dapat memberikan scopolamin, antihistamin, barbiturat
atau diazepam. Tindakan
pembedahan untuk mengurangi vertigo adalah neurektomi vestibuler, dimana
dilakukan pemotongan saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis .
DAFTAR PUSTAKA
Haq, Nuzulul Zulkarnain. 2009. “Askep Meniere”, (Online), (http://nuzulul fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-Keperawatan Sensori dan Persepsi-Askep Meniere.html, diakses pada 29 Desember 2013)
Mandal, Ananya. 2013. “Gejala
Penyakit Meniere”, (Online), (http://www.news-medical.net/health/Symptoms-of-Menieres-disease-(Indonesian).aspx, diakses pada 29 Desember 2013)
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. (Online) diakses pada 29 Desember 2013
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Soepardi, Eflaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan, Kepala & Leher. Jakarta : FKUI. (Online) diakses pada 29 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar