BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Incidensi tuberculosis (TBC) dilaporkan
meningkat secara drastis pada decade terakhir ini di seluruh dunia termasuk
juga di Indonesia, penyakit ini biasanya banyak terjadi pada Negara-negara
berkembang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan
atas/angka kematian tinggi, angka kejadian penyakit diagnosis dan terapi cukup
lama. Indosesia,
TBC merupakan penyebab kematian utama dan
angka kesakitan teratas setelah ispa. Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun
di indonesia semakain meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita
baru TBC dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC yang menular.
Mengingat besarnya masalah TBC serta makin meluasnya masalah ini, maka menulis
mengangkat masalah TBC ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
1.2 Tujuan
Penulisan
a. Tujuan
Umum
Agar mahasiswa/kita semua
dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang penyakit Tuberculosis dan
bagaimana cara penanggulangannya.
b. Tujuan
Khusus
Agar
mahasiswa dan kita semua mampu memberikan suatu definisi atau pembatasan
mengenai penyakit Tuberculosis (TBC).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Tubercolosis
adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ lain.Tuberculosis adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh
kuman mycobacterium tubercolosa masuk ke dalam tubuh manusia melelui udara
pernapasan ke dalam paru-paru kemudian kuman dapat menyebar dari paru-paru
kebagian tubuh yang lain melalui system peredaran darah dan system saluran
limfe atau penyebaran ke tubuh lainnya (Soeparman, Dkk, 1998:715).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan
asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson,
1995:753). Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Brunner dan Suddart.
2002:584). Tuberkulosis adalah contoh
lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J. Corwn, 2001 ; 414).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosa dengan gejala yang sangat bervariasi
(FKUI 2001; 472). Dari
beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan
mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen
atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru, dapat menyebar dari
paru-paru keorgan tubuh yang lain melalui system peredaran darah dan system
saluran limfe Tuberculosis (TBC): penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. TBC terutama
menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC juga dapat
menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak.
Penyakit TBC atau
yang biasa dikenal sebagai Tuberkulosis
merupakan suatu penyakit infkesi kronis atau menahun dan menular yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberklosa yang dapat menyerang siapa
saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin.
2. Anatomi dan fisiologi
Paru-paru merupakan bagian dari organ sistem
pernafasan, dimana
organ pernafasan dimulai dari nasal berlanjut ke faring, laring, trakhea
kemudian bronchus. Bronchus terdiri dari bronchus lobaris, bronchus segmentalis
dan brochus terminalis. Paru-paru adalah suatu organ
yang berbentuk kerucut engan apeks diatas muncul sedikit lebih tinggi dari
clavikula didalam dasar leher dan terletak didalam rongga torax. Setiap paru
dilapisi oleh suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral,
sementara dinding thorax dilapisi oleh pleura parietal. Diantara kedua pleura
ini terdapat rongga potensial yang disebut dengan rongga pleura yang didalamnya
terdapat sekitar 10-20 cc cairan untuk menurunkan gaya gesek permukaan selama
pergerakan kedua pleura saat respirasi. Tekanan rongga pleura dalam keadaan normal
memiliki tekanan –2,5 mmHg.
Rongga thorax dibatasi oleh kosta superior pada bagian atas, samping oleh costa dan
bagian bawah oleh diafragma.
Paru-paru sebelah kanan relatif labih kecil dibanding yang kiri dan memiliki
bentuk bagian bawah seperti konkaf
karena tertekan oleh hati. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus dan paru kiri
memiliki 2 lobus. Paru-paru
divaskularisasi dari dua sumber :
a. Arteri
bronchial yang membawa zat-zat makanan pada daerah conducting portion, bagian
paru yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena
bronchial.
b. Arteri
dan vena pulmonal yang bertanggung jawab pada vaskularisasi bagian paru yang
terlibat dalam pertukaran gas yaitu alveolus. Persarafan
penting dalam aksi pergerakan pernafasan disuplai melalui N. spinal thoraxic
mempersarafi otot-otot interkosta. Disamping saraf-saraf tersebut paru juga
dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Pernafasan yang dilakukan menyediakan suplai
udara segar secara continue kedalam
membran alveoli. Keadaan ini melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Kedua fase ini sangt tergantung kepada karakter paru dan rongga thoraks. Jenis pernafasan terdiri dari pernafasan
eksternal dan pernafasan internal. Pernafasan eksternal terjadi di paru-paru
dimana ada perpindahan secara difusi oksigen dari udara luar kedalam kapiler
melalui alveoli. Sedangkan pernafasan internal terjadi didalam jaringan dimana
terjadi difusi O2 dari kapiler ke jaringan dan CO2 hasil metabolisme dari
jaringan dibuang dan dibawa melalui kapiler, venula dan berlanjut ke sistem
kardiovaskuler.
Pada penyakit TB paru basil Tuberculosis akan
tertimbun di paru tepatnya di alveoli yang kemudian akan terjadi peradangan.
Akibat peradangan selaput lendir pada batang tenggorokan akan terangsang
sehingga bertambah sekresinya dan lama-lama saluran menjadi sempit oleh sekret
dan klien menjadi sesak nafas.
c. Alveoli
Alveolus
dalam kelompok sakus alveoloris yang menyerupai anggur. Berbentuk sakus
terminalis dipisahkan dari alveolus disekat oleh dinding tipis atau septum.
Alveolus merupakan unit funsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Dalam
setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total
seluas sebuah lapangan tenis. Surfaktan, sejenis fosfolipid yang dapat
mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan
pada waktu inspirasi. Dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Faktor
yang berperan dalam pembentukan surfaktan adalah kematangan sel-sel alveolus
dan sistem enzim biosintetiknya. Kecepatan pergantian yang normal. Ventilasi
yang memadai, dan aliran darah ke dinding alveolis. Defisiensi surfaktan
dianggap sebagai faktor penting pada patogenesis sejumlah penyakit paru-paru (Sylvia
A. Price. 1994 :648).
Bagian paru-paru dijelaskan
sebagai berikut:
1. Lobus
paru-paru
Paru-paru
dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas
lobula. Sebuah bronkhial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia
bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong
kecil-kecil yang merupakan kantung udara paru-paru. Jaringan paru-paru bersifat
elastik, berpori dan seperti spon.
2. Brankhus
Pulmonaris
Trakhea
terbelah menjadi dua bronkhus utama, bronkhus ini bercabang lagi sebelum masuk
paru-paru. Bronkhus pulmonaris bercabang-cabang baru kemudian memasuki
paru-paru. Saluran yang besar mempertahankan agar struknya tetap serupa dengan
yang berada di trakhea. Saluran ini berdinding fibrosa berotot yang mengandung
bahan tulang rawan dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan
silia.
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran lain yang disebut vestibula dan mengalami perubahan pada membran pelapis yaitu sel epitellium pipih.
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran lain yang disebut vestibula dan mengalami perubahan pada membran pelapis yaitu sel epitellium pipih.
Vestibula
berjalan beberapa infundibula di dalam dindingnya dijumpai kantong udara.
Alveolus berfungsi sebagai pertukaran gas pada pembuluh kapiler di alveor.
3. Hilus
Paru-paru
Hilus
terdiri dari arteri pulmonalis yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam
paru, sedangkan udara pulmonalis yang berfungsi mengembalikan darah berisi oksigen
dari paru ke jantung. Brankus yang bercabang dan beranting membentuk pohon
bronkhial sebagai jalan udara utama. Arteri bronkhialis yang menghantarkan
darah arteri ke jaringan paru. Vena bronkhialis berfungsi mengembalikan
sebagian darah dari paru-paru ke vena kava superior.
4. Pleura
Pleura viseralis melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dengan demikian memisahkan lobus-lobus dari paru. Pleura yang melapisi iga-iga disebut pleura kostatis dan pleura yang melapisi diafragma adalah pleura diafragmatika serta bagian yang terletak di leher dikenal dengan nama pleura servikalis. Pleura diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran supra pleuralis (fasio Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara lapisan-lapisan pleura terdapat eksudat yang berfungsi menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada saat bernafas.
Pleura viseralis melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dengan demikian memisahkan lobus-lobus dari paru. Pleura yang melapisi iga-iga disebut pleura kostatis dan pleura yang melapisi diafragma adalah pleura diafragmatika serta bagian yang terletak di leher dikenal dengan nama pleura servikalis. Pleura diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran supra pleuralis (fasio Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara lapisan-lapisan pleura terdapat eksudat yang berfungsi menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada saat bernafas.
Mekanisme
Pernafasan
Mekanisme
pernafasan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1). Ventilasi
Ventilasi yaitu proses bergeak masuk dan
keluarnya udara dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat diantara
atmosfir dan alveolus oleh kerja mekanik alat-alat pernafasan. Masuk dan
keluarnya udara dari atmosfir dimungkinkan adanya peristiwa mekanik inspirasi
yaitu volume thorax bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat
akibat kontraksi dari beberapa otot m.sternokleidomastocdius mengangkat sternum
ke atas dan m.serratus, m.scalensus, dan m. intercostal exsternum berperan
mengangkat iga-iga.
Thorax membesar ke tiga arah yaitu ke bagian
anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan
penurunan tekanan intrapleura dari sekitar –4 mm Hg (relatif terhadap tekanan
atmosfir) menjadi sekitar –8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu
inspirasi. Pada saat yang sama tekanan intrapulmonal atau tekanan saluran udara
menurun sampai –2 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfir) dari 0 mm Hg pada
waktu inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menyebabkan
udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir
inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfir.
2). Difusi
Difusi yaitu kekuatan pendorong untuk
pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.
Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149
mm Hg (21% dari 760 mm Hg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di
alveolus pada tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103
mm Hg.. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara
inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan
dengan uap air. Dalam keadaan istirahat normal difusi dan keseimbangan oksigen
di kapiler paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total
waktu kontak selama 0,75 detik.
Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Ø Ketebalan
membrane
Ø Luas
permukaan membrane
Ø Koefisien
difusi gas dalam substansi membrane
Ø Perbedaan
tekanan antara kedua sisi membrane
3). Transfortasi dan perfusi
Transportasi yaitu ikatan kimia oksigen
dengan hemoglobin yang bersifat reversibel. Pada tingkat jaringan oksigen akan
berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma, dari plasma oksigen
berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang
bersangkutan.
Transportasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Ø
Peningkatan konsentrasi karbondioksida
Ø
Peninggian temperatur darah
Ø
Peningkatan 2.3 disfosfogliserat (DPG) yaitu
senyawa fosfat yang secara normal berada dalam darah tepi konsentrasinya berubah
pada kondisi yang berbeda.
3. Etiologi
Penyabab TB paru adalah Mycobacterium
Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um dan
tebal 0,3-0,6 um. Species lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada
manusia : M. bovis, M. kansasi dan M. intraseluler. Sebagian besar dari kuman
ini terdiri dari asam lemak ( lipid ). Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dan lebih tahan dari gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin atau lembab (dapat bertahan hidup bertahun-tahun
dalam lemari pendingin). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dorman, kuman ini dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis lagi.
Didalam jaringan kuman hidup sebagai parasit
intra seluler yakni dalam sitoplasma macrofag. Makrovagus yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena mengandung lipid. Sifat kimia dari kuman ini adalah aerob.
Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain, sehingga bagian ini
merupakan tempat predeteksi penyakit tuberculosis.
4.
Gejala-gejala
Adapun gejala-gejala klinis pada penderita
tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa disertai keluhan sama
sekali. Gejala-gejala tuberculosis (DEPKES 2002 : 13)
a. Gejala
Utama: Batuk terus menerus
dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
b. Gejala
tambahan yang sering dijumpai:
- Dahak bercampur darah
- Batuk darah
- Sesak napas dan nyeri dada
- Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Ø Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41o C. serangan demam pertama dapat
sembuh kembali, begitulah seterusnya hilang timbul, sehingga penderita malas
tidak pernah berobat dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk.
Ø Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya
iritasi pada bronchus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang. Sifat batuk mulai dari yang kering, kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif. Keadaan ini yang lanjut adalah berupa batuk darah
(haemaptoe) karena terdapat pembuluh-pembuluh darah yang pecah.
Ø Sesak Nafas
Pada
penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru.
Ø Nyeri Dada
Gejala ini jarang diemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Gejala ini jarang diemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Ø Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan, anoreksia, keadaan makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan, anoreksia, keadaan makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
5.
Patofisiologi
Basis tuberculosis bisa masuk kedalam tubuh
dengan 3 cara yaitu melalui sluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka
terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis disebakan karena inhalasi
kuman tuberkel sedangkan untuk saluran cerna biasanya disebabkan oleh susu yang
sudah terkontaminasi dan mengandung basil jenis bovin.
Basil tuberculosis masuk kedalam paru-paru
melalui saluran pernafasan yang pertama dijangkiti ialah apeks paru sebelah
kiri atau kanan dan dapat kedua-duanya. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah. Organisme yang melaui kelenjar getah bening dalam
jumlah kecil akan mencapai aliran darah yang kadang-kadang dapat menimbulkan
lesi pada bagian organ. Jenis penyebaran ini dikenal dengan nama lipohematogen.
Jenis penyebaran hematogen ialah fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberculosis milier, ini terjadi jika fokus basil tersebut merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke
organ-organ tubuh.
Kemudian timbul tuberkel yaitu berupa
bintik-bintik kecil dimana kuman itu kemudian bersarang, tuberkel ini berisi
tuberculosis dan sel-sel yang sudah mati kemudian bersatu dan lama-kelamaan
akan akan terjadi proses perkejuan dimana jaringan paru akan mati atau
nekrosis.
Jaringan-jaringan yang mati ini akan
dikelurkan penderita waktu batuk dan akhirnya beberbentuk suatu rongga yang
disebut caverneu dan ini pada pembuluh darah yang pecah maka akan terjadi
hemaptoe (batuk darah). Tuberkulosis
adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitifitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveoalus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai
tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran
hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian
lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti
oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia
akut. Pneumonia
selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga terus berjalan dan bakteri terus difogosit
atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi
oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat dan seperti lesi nekrosis ini disebut nekrosis
caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan
dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat
dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiologi rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan
kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa peradangan dengan meninggalkan
jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan
terttutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkhus.
Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini akan mengakibatkan peradangan
aktif pada bronkhus.
Penyakit menyebar secara limfohemotogen
melalui kelenjar-kelenjar getah bening dan secara hemotogen ke seluruh organ
tubuh.
5.
Penatalaksanaan
medis
Prinsip pengobatan
tuberculosis
a. Aktivitas
Obat
Terdapat dua macam sifat atau aktivitas obat terhadap
tuberculosis yaitu:
1). Aktivitas Baktericide
Obat bersifat membunuh kuman yang sedang tumbuh
(metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriside biasanya diukur dari
kecepatan obat tersebut membunuh kuman sehingga pada pembiakan mendapatkan
hasil negatif (dua bulan dari permulaan pengobatan).
2). Aktivitas sterilisasi
Obat
bersifat membunuh kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif).
Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
b. Panduan
obat
Untuk mencegah terjadinya retensi ini terapi tuberculosis
dilakukan dengan paduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat
bakteriside. Jenis obat yang dipakai:
1). Obat janis primer
- Isoniazid
Dikenal
dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang
dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan interemitten 3 kali seminggu
diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB.
- Ripamficin
Bersifat
baktericid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat
dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10 mg/kgBB diberikan sama untuk pengobatan harian
maupun interemitten 3 kali seminggu.
- Pirazinamid
Bersifat
bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan
interemitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kgBB.
- Streptomicin (S)
Bersifat
bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan
interemitten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur
sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau
lebih diberikan a,5 gr/hari.
- Etambutol (E)
Bersifat sebgai
bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk
pengobatan interemitten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kgBB.
2).
Obat jenis sekunder
·
Etionamid
·
Protionamid
·
Sikloserin
·
Kanamycin
·
PAS
·
Tiasevazon
·
Viomicin
·
Kompreomicin
c.
Efek samping obat-obat anti TB
1) INH
: bisa menimbulkan neuropatik perifer ini dapat dicegah dengan pemberian Vitamin B6.
2) Rifampicin
: hepatotoxic, urine berwarna orange.
3) Pirazinamid
: hepatotixic, hyperurisemia.
4) Streptomicin
: nefrotixic, gangguan nervus cranial ke 8.
5) Etambutol
: neuritis optika, nefrotoxic, skin rash/ dermatitis.
6) Etionamid
: hepatotoxic, gangguan pencernaan.
6. Komplikasi
Komplikasi
yang munkin terjadi akibat penyakit TB paru diantaranya adalah :
a.
Pada mata
-
Konjungtivitis
-
Ulserasi koroner
b.
Pada telinga dan mulut
-
pada telinga : mastoiditis
-
pada mulut : pembengkakan gigi dan tonsil
c.
Pada abdomen
Asites,
kuman tuberculosis pada cavum abdomen, peritonitis abdominalis, jika terjadi penyebaran hematogen dari proses
diparu
d.
Pada kelenjar getah bening
Terjadi
karena penyebaran limphogen, kelenjar getah bening dileher, ketiak dan lipatan
paha.
e.
Pada otak dan selaput otak
Meningitis
tuberculosis
f. Pada tulang
Biasanya terjadi pada tukang belakang, kelemahan atau paralise tungkai. Terjadi karena penyebaran heatogen dari paru-paru. TB pada tractus genitourinarius dan pada tulang sering ditemukan tanpa adanya fokus di paru-paru.
Biasanya terjadi pada tukang belakang, kelemahan atau paralise tungkai. Terjadi karena penyebaran heatogen dari paru-paru. TB pada tractus genitourinarius dan pada tulang sering ditemukan tanpa adanya fokus di paru-paru.
g. Pada kulit
Penebalan pada kulit
h. Pada ginjal dan traktus genitourinarius
Cistitis yang nyata karena penyebaran hematogen
i. Pada cardivaskuler
Penebalan pada kulit
h. Pada ginjal dan traktus genitourinarius
Cistitis yang nyata karena penyebaran hematogen
i. Pada cardivaskuler
-
myocarditis
-
pericarditis
j. Komplikasi lain
Hemaptoe, pneumothorax spontan, bronchiektasis, insufiensi paru-paru (respiratori failure).
j. Komplikasi lain
Hemaptoe, pneumothorax spontan, bronchiektasis, insufiensi paru-paru (respiratori failure).
7.
Dampak Tuberkulosis Paru Terhadap Sistem-sistem Tubuh Lain
Ø Sistem
pernafasan
Mycobacterium tuberculosa masuk ke dalam paru-paru dan
membentuk tuberkulosa sehingga terjadi penebalan membran paru yang
mengakibatkan difusi oksigen terganggu sehingga intake oksigen ke dalam paru
tidak kuat. Proses peradangan dapat meningkatkan sekresi mukus dalam bentuk
sputum yang menghambat jalan nafas sehingga ventilasi pulmonal terganggu.
Proses peradangan mengakibatkan jaringan paru mati dan berongga, kemudian
pembuluh darah pecah dan terjadilah hemaptoe.
Ø Sistem
cardiovascular
Proses peradangan pada paru menyebabkan perubahan pada
jaringan paru sehingga menghambat sirkulasi pulmonal sehingga tekanan pada area
pulmonal meningkat dan hal ini berpengaruh pada peningkatan tekanan ventilasi
kanan sehingga menyebabkan terjadinya pleura pulmonal. Gangguan difusi oksigen
menyebabkan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga perfusi
jaringan menurun yang ditandai dengan adanya cyanosis pada beberapa bagian
tubuh, tekanan darah menurun, nadi lemah.
Ø Sistem
pencernaan
Kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga
supply oksigen ke otak pun menurun dan mempengaruhi hypothalamus untuk
merangsang nervus vagus mengeluarkan HCl yang berlebihan yang menimbulkan mual
dan anorexia, sehingga menyebabkan penurunan berat badan. Kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun
menyebabkan supply oksigen ke sel dan jaringan menurun, maka terjadi penurunan
proses metabolisme.
Disamping itu pada klien TBC paru yang sudah lama mendapat pengobatan spesifik therapi, efek samping dari pemberian INH dan Ethambutol yang lama akan meningkatkan yang lama akan meningkatkan sekresi HCl sehingga menimbulkan mual dan anorexia.
Disamping itu pada klien TBC paru yang sudah lama mendapat pengobatan spesifik therapi, efek samping dari pemberian INH dan Ethambutol yang lama akan meningkatkan yang lama akan meningkatkan sekresi HCl sehingga menimbulkan mual dan anorexia.
Ø Sistem
persyarafan
Penurunan kadar oksigen menyebabkan kadar CO2 dalam darah
yang merangsang pusat syaraf di medula oblongata dan pons untuk meningkatkan
kerja otot pernafasan sehingga merangsang RAS menyebabkan klien terjaga. Proses
peradangan juga menimbulkan batuk yang lama, sehingga seringkali timbul nyeri
dada. Rangsangan nyeri dan merangsang hypothalamus sehingga nyeri
dipersepsikan. Proses peradangan menyebabkan kompensasi tubuh untuk
meningkatkan metabolisme sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Ø Sistem
musculoskeletal
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan supply
oksigen ke jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP
terhambat, akibatnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan klien merasa
lelah dan lemah.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan TB Paru
Ø
Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
Ø
Pengumpulan data
1). Identitas
a. identitas klien, perlu dikaji identitas yang
mempunyai hubungan meliputi:
nama, umur hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orangtua
lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki
terkena daripada perempuan karena faktor kebiasaan seperti merokok, pendidikan
hubungan dengan penyakit pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan tentang
penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja di
udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan, sopir, status marital
berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, no.medrec., diagnosa medis dan alamat hubungannya dengan penyakit
TBC apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi kurang.
b. Identitas penanggung jawab meliputi; nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama
berupa sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dada.
b). Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang
menceritakan awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah sakit
sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda
PQRST sebagai pengembangan dari keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang
memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya.
Riwayat kesehatan dahulu. Perlu
dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya, tanyakan juga
penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia, bronkhritis dan
lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup
aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene.
c). Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau
penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambarkan dengan struktur keluarga.
Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya. No.
Nama anggota keluarga,
Hub. Klg, L/P, Umur , Pendidikan, Pekerjaan, Agama,
Keadaan Kesehatan.
3). Pola Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara
sebelum sakit dan sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal higiene,
istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup.
4). Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi,
perpusi, dan auskultasi berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal
sebagai berikut:
a). Keadaan Umum
a). Keadaan Umum
Pada klien yang diimobilisasi perlu dilihat dalam hal
keadaan umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran keadaan umum klien,
tanda-tanda vital perubahan berat badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas
emosional.
b). Sistem kardiovaskuler
Kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah, tachikardi,
peningkatan JVP, konjungtiva pucat, perubahan jumlah hemoglobin/hematokrit dan
leukosit, bunyi jantung S1 dan S2 mungkin meredup
c). Sistem Pernapasan
Nilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping
hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada sinus. Nilai-nilai
ukuran, bentuk dan kesimetrisan dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola
pernapasan, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan
frekuensi nafas. Biasanya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri
pleuritik luas, deviasi trachea, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi
yang terkena, perkusi hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena,
vokal fremitus berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering.
d). Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri
stomatitis, keluhan waktu mengunyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan
adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpasi
pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.
e). Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya
perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah urine output biasanya menurun, warna,
perasaan nyeri atau terbakar. Kaji adanya retensio atau inkontinensia urine
dengan cara palpasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan
keluhan klien.
f). Sistem Muskuloskeletal
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari
kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada
klien pneumothorax akibat TB ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada
tulang-tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g). Sistem Endokrin
Kaji
adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada klien dan
keluarga.
h). Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri,
refleks, fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebral. Pada klien TB paru
bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi meningitis yang
berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial,
tanda kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
i). Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor,
warna dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien TB
paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan
perasaan panas pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat
pneumotorax, maka perlu dikaji adakah kemerahan pada sendi-sendi/tulang yang
menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.
5). Data Psikososial
a) Status
emosi : pengendalian emosi, mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini, pengaruh atas
pembicaraan orang lain, kestabilan emosi.
b) Konsep
diri: bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang disukai
dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan.
c) Gaya
komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk
berespon, komunikasi non verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.
d) Pola
interaksi: kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang
menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggapan
terhadap orang lain, hubungan dengan lawan jenis.
e) Pola
koping: apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adakah tindakan
maladaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah.
f) Sosial:
tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman dekat, cara pemanfaatan
waktu dan gaya hidup.
6). Data Spiritual
Arti kehidupan, yang penting dalam kehidupan,
keyakinan tentang penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan
Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses
kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan kematian.
7). Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : darah yaitu Hb,
leukosit, trombosit, hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto,
sputum dan bila perlu pemeriksaan LCS.Data
penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu:
a. Pemeriksaan darah
- anemia terutama bila periode akut
- leukositosis
ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama fase akut
- AGD menunjukkan peninggian kadar CO2
b. Pemeriksaan radiologic
Karakteristik radiologik yang menunjang
diagnosis antara lain:
- bayangan lesi radiologik yang terletak di
lapangan atas paru
- bayangan yang berawan atau berbercak
- adanya kalsifikasi
- kelainan yang bilateral
- bayangan menetap atau relatif menetap
beberapa minggu
c. Pemeriksaan
Bakteriologik
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak
penderita TB.
d. Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no :
26. Uji tuberkulin positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5
mm pada gizi buruk. Hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji
tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.
8). Therapi
Ø
Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid
(INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin.
Ø
Diet TKTP
Ø
Cairan rehidrasi RL
Ø
Analisa data
Analisa
data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan perawatan klien.
Ø
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
adalah suatu respon individu pada masalah kesehatan yang aktual maupun
potensial. Dalam
buku diagnosa keperawatan menurut Doenges (1999:119-123). Pola pernapasan tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi secret. Resiko
infeksi berulang berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental di jalan napas. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Kurang pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret kental di jalan napas. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Kurang pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Ø
Perencanaan
Perencanaan adalah keputusan awal tentang apa yang dilakukan, bagaimana, kapan, dan siapa yang melakukan kegiatan tersebut.
Perencanaan adalah keputusan awal tentang apa yang dilakukan, bagaimana, kapan, dan siapa yang melakukan kegiatan tersebut.
- Pola
pernafasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi udara Tupan : Pola pernafasan efektif
Kriteria
evaluasi :
- Pola pernafasan efektif
- Frekuensi pernafasan normal
- GDA hasil normal
- Tidak terdapat cianosis
Ø Intervensi Rasional
Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus, contoh kolaps
spontan, trauma, keganasan, intake, komplikasi ventilasi mekanik. Pemahaman
penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih
tindakan terapeutik lain. Catat
perubahan tekanan udara.
Kesulitan bernafas “dengan” ventilator dan peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi (misal: ruptur spontan dan bleb, terjadinya pneumotorak). Distres pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/perdarahan.
Kesulitan bernafas “dengan” ventilator dan peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi (misal: ruptur spontan dan bleb, terjadinya pneumotorak). Distres pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/perdarahan.
- Auskultasi
bunyi nafas.
Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada
lobus, segmen paru atau seluruh area paru (unilateral). Area atelektasis tak
ada bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga
dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi
perbaikan pneumotorak. Catat
pengembangan dada dan posisi trakea. Pengembangan
dada sama dengan ekspansi paru. Deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada
tegangan pneumotorak. Kaji
fremitus. Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi
cairan/konsolidasi. Kaji
pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, nafas dalam. Sokongan terhadap dada
dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif/mengurangi trauma. Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan
peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong pasien untuk
duduk sebanyak mungkin. Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak
sakit
Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien
untuk “kontrol diri” dengan menggunakan pernafasan lebih lambat/dalam. Membantu
pasien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ansietas dan/atau takut. Bila
selang dada dipasang: Periksa
pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas air, pengatur dinding/meja
disusun dengan tepat); Periksa
batas cairan pada botol penghisap; pertahankan pada batas yang ditentukan.
Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum dan/atau drainase cairan. Air botol penampung bertindak sebagai
pelindung udara atmosfir masuk ke area pleural, jika sumber penghisap
diputuskan dan membantu dalam evaluasi apakah sistem drainase dada berfungsi
dengan tepat.
Observasi gelembung udara botol penampung;
Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari pneumotorak (kerja yang diharapkan). Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekspansi paru lengkap (normal) atau adanya komplikasi misal; obstruksi dalam selang. Evaluasi ketidaknormalan/kontinuitas gelembung botol penampung Dengan bekerjanya penghisapan, menunjukkan kebocoran udara menetap yang mungkin berasal dari pneumotorak besar pada sisi pemasangan selang dada (berpusat pada pasien) atau unit drainase dada (berpusat pada sistem).
Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari pneumotorak (kerja yang diharapkan). Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekspansi paru lengkap (normal) atau adanya komplikasi misal; obstruksi dalam selang. Evaluasi ketidaknormalan/kontinuitas gelembung botol penampung Dengan bekerjanya penghisapan, menunjukkan kebocoran udara menetap yang mungkin berasal dari pneumotorak besar pada sisi pemasangan selang dada (berpusat pada pasien) atau unit drainase dada (berpusat pada sistem).
Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada
pasien atau sistem) dengan mengklem kateter torak pada hanya bagian distal
sampai ke luar dari dada. Bila gelembung berhenti saat kateter diklem pada sisi
pemasangan, kebocoran terjadi pada pasien (pada sisi pemasukan atau dalam tubuh
pasien). Berikan kasa berminyak dan/atau bahan lain
yang tepat disekitar sisi pemasangan sesuai indikasi. Biasanya memperbaiki
kebocoran pada sisi insersi. Klem
selang pada bagian bawah unit drainase bila kebocoran udara berlanjut.
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat sistem. Tutup
rapat sambungan selang drainase dengan aman menggunakan plester atau ban sesuai
kebijakan yang ada Mencegah/memperbaiki kebocoran pada sambungan Awasi “pasang surutnya” air penampung. Catat
apakah perubahan menetap atau sementara. Botol penampung bertindak sebagai
manometer intrapleural (ukuran tekanan); sehingga fluktuasi (pasang-surut)
menunjukkan perbedaan tekanan antara inspirasi dan ekspirasi. Pasang surut 2-6
cm selama inspirasi normal, dan dapat meningkat sedikit selama batuk. Berlanjutnya
fluktuasi pasang surut berlebihan dapat menunjukkan obstruksi jalan nafas atau
adanya pneumotorak besar. Posisikan
sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil selang ekstra di
tempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau menggantung di bawah saluran
masuknya ke wadah drainase. Alirkan akumulasi drainase bila perlu. Posisi tak
tepat, melipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan
negatif yang diinginkan dan membuat evakuasi udara/cairan.
Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
Berguna dalam mengevaluasi perbaikan kondisi/terjadinya komplikasi atau
perdarahan yang memerlukan upaya intervensi. Evaluasi kebutuhan untuk memijat
selang (milking) Meskipun tak seperti drainase serosa atau serosanguinosa akan
menghambat selang, pemijatan mungkin perlu untuk meyakinkan/ mempertahankan
drainase pada adanya perdarahan segar/bekuan darah besar atau eksudat purulen
(empiema)
Pijat selang hati-hati sesuai protokol, yang meminimalkan tekanan negatif berlebihan. Pemijatan biasanya tidak nyaman untuk pasien karena perubahan tekanan intratorakal, dimana dapat menimbulkan batuk atau ketidaknyamanan dada. Pemijatan keras dapat menimbulkan tekanan hisapan intratorakal yang tinggi, yang dapat mencederai, (mis., invaginasi jaringan ke dalam ujung selang, kolapsnya jaringan sekitar kateter, dan/atau perdarahan dari pembuluh darah kecil yang ruptur).
Pijat selang hati-hati sesuai protokol, yang meminimalkan tekanan negatif berlebihan. Pemijatan biasanya tidak nyaman untuk pasien karena perubahan tekanan intratorakal, dimana dapat menimbulkan batuk atau ketidaknyamanan dada. Pemijatan keras dapat menimbulkan tekanan hisapan intratorakal yang tinggi, yang dapat mencederai, (mis., invaginasi jaringan ke dalam ujung selang, kolapsnya jaringan sekitar kateter, dan/atau perdarahan dari pembuluh darah kecil yang ruptur).
Bila kateter torak terputus/lepas: Observasi tanda distres pernafasan.
Sambungkan kateter torak ke selang/penghisap, bila mungkin, gunakan teknik yang
bersih. Bila kateter terlepas dari dada, tutup segera sisi lubang masuk dengan
kasa berminyak dan gunakan tekanan lembut. Laporkan ke dokter. Pneumotorak
dapat terulang dan memerlukan intervensi cepat untuk mencegah pulmonal fatal
dan gangguan sirkulasi.
Setelah kateter torak dilepas: Tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril.
Observasi tanda/gejala yang dapat menunjukkan berulangnya pneumotorak, contoh
nafas pendek, keluhan nyeri. Lihat
sisi lubang masuk, catat karakter drainase. Deteksi dini terjadinya komplikasi
penting, contoh berulangnya pneumotorak, adanya infeksi. Kaji seri foto torak Mengawasi kemajuan
perbaikan hemotorak/pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifikasi kesalahan
posisi selang endotrakeal mempengaruhi
inflasi paru. Awasi/gambarkan seri GDA dan
nilai oksimetri. Kaji kapasitas vital/ pengukuran volume tidal. Berikan oksigen tambahan melalui
kanula/masker sesuai indikasi. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi,
perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi.
- Resiko
infeksi berulang berhubungan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh; Tupan : tidak terjadi infeksi berulang
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
- Klien memahami
pentingnya nutrisi
- Klien memahami
pentingnya tidak putus obat
- BTA dan thorax foto
menunjukkan perbaikan
Ø INTERVENSI
RASIONAL
Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif; diseminasi
infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran
darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi. Membantu pasien
menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan
kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil
langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota
rumah, sahabat karib/teman Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi
obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi
Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker
atau isolasi pernafasan Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan
membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular. Awasi suhu sesuai indikasi Reaksi deman indikator
adanya infeksi lanjut Identifikasi
faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis, contoh
tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal); gunakan obat
penekan imun/kortikosteroid; adanya diabetes melitus, kanker, kalium.
Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup dan
menghindari/ menurunkan insiden eksaserbasi.
Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat Periode
singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3
bulan Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang
secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi Alat dalam pengawasan efek
dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi. Dorong memilih/mencerna makanan seimbang.
Berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.
Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap
proses infeksi dan mengganggu penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan
semua.
Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh: obat
utama: Isoniazid (INH), etambutol (Myambutol): rifampin (RMP/Rifadin) Kombinasi
agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau satu primer tambah 1 dan
obat sekunder. INF biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada risiko
terjadi TB. Kemoterapi INH dan refampin jangan pernah (selama 9 bulan) dengan
etambutol (selama 2 bulan pertama) pengobatan cukup untuk TB paru. Etambutol
baru diberikan bila sistem saraf pusat atau tak terkomplikasi penyakit
diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten.
INH. Terapi luas (sampai 24 bulan) diindikasikan untuk kasus reaktivasi, reaktivasi TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah medik lain, contoh diabetes melitus atau silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bulan harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positif dengan PPD positif. Pirazinamida (PZA/Aldinamide): para-amino salisik (PAS); sikloserin (Seromycin); streptomisin (Strycin). Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum.
INH. Terapi luas (sampai 24 bulan) diindikasikan untuk kasus reaktivasi, reaktivasi TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah medik lain, contoh diabetes melitus atau silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bulan harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positif dengan PPD positif. Pirazinamida (PZA/Aldinamide): para-amino salisik (PAS); sikloserin (Seromycin); streptomisin (Strycin). Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum.
- Tidak
efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental dijalan nafas. Tupan : Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
- Klien dapat
mengeluarkan secret
- Frekuensi dan irama
pernafasan normal
Ø INTERVENSI
RASIONAL
Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan,
irama dan kedalaman dan penggunaan otot akssesoris.Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan
atelektasi ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan. Catat kemampuan untuk mengeluarkan
mukosa/batuk efektif; catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis. efek infeksi dan/atau tidak
adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental datau darah cerah diakibatkan oleh
kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan. Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan secret
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan. Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan secret
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Lembabkan udara/oksigen inspirasi Mencegah pengeringan
membran mukosa; membantu pengenceran secret
Beri obat-obatan sesuai indikasi: Agen mulokitik, contoh asetilsistein (Mucomyst): Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan
Brokodilator, contoh akstrifillin (Choledyl); teofilin (Theo-Dur). Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Beri obat-obatan sesuai indikasi: Agen mulokitik, contoh asetilsistein (Mucomyst): Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan
Brokodilator, contoh akstrifillin (Choledyl); teofilin (Theo-Dur). Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid (Prednison) Berguna pada adanya
keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup. Bersiap untuk/membantu intubasi darurat
Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring atau
perdarahan paru akut.
- Resiko
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru. Tupan : tidak terjadi kerusakan pertukaran
gas
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
- GDA normal
- Tidak terdapat
sianosis
- Tidak terdapat tanda
distres pernafasan
Ø INTERVENSI
RASIONAL
Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi
nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan
kelemahan TB paru menyebabkan efek luas pada pary dari bagian kecil
bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleural, dan
fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai
distres pernafasan.
Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan
Tunjukkan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan nafas pendek. Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. Awasi seri GDA/nadi oksimetri Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi. Berikan oksigen tambahan yang sesuai Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekuler terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.
Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan
Tunjukkan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan nafas pendek. Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. Awasi seri GDA/nadi oksimetri Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi. Berikan oksigen tambahan yang sesuai Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekuler terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.
- Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia.
Tupan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi :
- Terdapat
peningkatan berat badan
- Nilai laboratorium
normal
- Lingkar lengan atas
normal
Ø INTERVENSI
RASIONAL
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor
kulit, barat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau
diare. Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilih
intervensi yang tepat.
Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tak disukai
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet
Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
Selidiki anoreksia, mual., dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrient. Dorong dan berikan periode istirahat sering Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
Selidiki anoreksia, mual., dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrient. Dorong dan berikan periode istirahat sering Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gester.
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah
dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi Membuat lingkungan
sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan
cultural. Rujuk
ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet. Memberikan bantuan dalam
perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal
pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan Dapat membantu menurunkan insiden mual
dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut
yang penuh. Awasi
pemeriksaaan laboratorium, contoh BUN, protein serum dan albumin Nilai rendah
menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program
terapi. Berikan antipiretik
tepat Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan juga konsumsi kalori.
- Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi aturan tindakan dan pencegahanberhubungan dengan
keterbatasan kognitif.
Tupan : pengetahuan tentang kondisi,
aturan tindakan dan pencegahan bertambah
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
- Terdapat perubahan
perilaku kesehatan menuju lebih baik
- Klien paham tentang
pengobatan
- Klien berpartisipasi
aktif dalam pengobatan
Ø INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat
takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana
pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlihat
Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan
individu. Identifikasi
gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam,
kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, vertigo Dapat menunjukkan kemajuan
atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. Tekankan pentingnya mempertahankan protein
tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat Memenuhi kebutuhan
metabolic membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan
dapat mengencerkan/ mengeluarkan secret
Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar. Jelaskan dosis obat. Frekuensi pemberian. Kerja yang diharapkan, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi orstotatik) dan pemecahan masalah Mencegah menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH Kombinasi INH dan alcohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis
Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum etambutal Efek samping utama menurunkan penglihatan; tanda awal menurunnya kemampuan untuk melihat warna hijau.
Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar. Jelaskan dosis obat. Frekuensi pemberian. Kerja yang diharapkan, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi orstotatik) dan pemecahan masalah Mencegah menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH Kombinasi INH dan alcohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis
Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum etambutal Efek samping utama menurunkan penglihatan; tanda awal menurunnya kemampuan untuk melihat warna hijau.
Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan takut
/masalah. Jawab pertanyaan secara nyata. Catat lamanya penggunaan penyangkalan
Memberikan kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan konsepsi/ peningkatan ansietas.
Ketidakadekuatan keuangan/penyangkalan lama dapat
mempengaruhi koping dengan /manajemen tugas untuk meningkatkan/
mempertahankan kesehatan. Evaluasi
kerja pada pengecoran logam/tambang gunung. Semburan pasir Terpajan pada demu
silicon berlebihan meningkatkan resiko silicosis, yang dapat secara negatif
mempengaruhi fungsi pernafasan/bronkrhitis
Dorong untuk tidak merokok Meskipun merokok tidak
merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronkhritis. Kaji bagaimana TB ditularkan (misa. Khususnya
dengan inhalasi organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui feses atau
urine bila infeksi ada pada system ini) dan bahaya reaktivasi Pengetahuan dapat
menurunkan resiko penularan/reaktivasi ulang. Komplikasi sehubungan dengan reaktivasi
termasuk kavitasi, pembentukan abses, emfisema destruktif, pneumotorik spontan,
firosis intertisial difus, effusi serosa, empiema, bronkiektasis, hemoptisi,
luka GI, fistula bronkopleural, laryngitis tuberculosis, dan penyebaran miliari.
BAB
III
P E N U T U P
P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
a) TBC adalah: penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar
menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya.
b)
TBC
merupakan penyakit yang sangat infeksius dengn gejala sebagai berikut: batuk
darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, anoreksia, dahak bercampur darah,
sakit kepala, nyeri otot dan berkeringat di malam hari.
c)
Obat-obatan
yang digunakan untuk menyembuhkan TBC adalah kombinasi dari: rifamicin, isonaizid,
pyrazinamid, ethambutol dan streptomycin.
3.2.
Saran
Semoga kita
semua dapat lebih memahami dan mengetahui tentang penyakit TBC serta dapat
meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta kita dalam penanggulangan TBC.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC
Prince
A. Silvia. 1995. pathofisiologi. Edisi 4. jakarta:EGC
Doenges
E. Marylin.1992. nursing care plan. Jakarta:EGC
Pearce C. Evelyn .1990. anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta:EGC
Pearce C. Evelyn .1990. anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta:EGC
Zulkifli
Amin, Asril bahar. 2006. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam. Jakarta:
UI
Http://www.
Medicastore.com/tbc/penyakit-tbc.htm.